Sunday, 31 May 2015

Keuangan Syariah, Solusi Islam Mengatasi Kegelisahan Nasabah



Perbankan Syariah by kontan.co.id

Di era sekarang ini, manusia tidak bisa terlepas dari transaksi uang. Transaksi uang yang pada zaman dahulu dilakukan secara fisik, kini lebih mudah dengan sistem bank. Manusia dapat melakukan transaksi setiap waktu dari satu rekening ke rekening lain. Sistem ini mempermudah manusia. Akan tetapi, dengan sistem transaksi bank konvensional, nasabah kadang dirugikan. Bank konvensional menentukan tarif transaksi secara sepihak –meskipun nasabah pada awalnya telah menyetujui sistem ini saat pembukaan rekening tabungan. Terutama jika transaksi berbeda bank, tarif akan lebih mahal. Penarikan pun dilakukan tanpa persetujuan dari nasabah, hanya bermodalkan surat perjanjian, bank boleh menarik tarif secara sepihak dan berubah-ubah. Selain tarif transaksi, nasabah yang menyimpan uang di bank juga kadang dirugikan oleh biaya administrasi bulanan. Apalagi untuk nasabah-nasabah yang jumlah tabungannya relatif kecil, biaya administrasi lebih besar daripada bunga yang diterima. Oleh karena itu, diperlukan sistem yang bukan menguntungkan satu belah pihak, tetapi kedua belah pihak, yaitu nasabah dan bank. Sistem ini adalah sistem keuangan Syariah.


Keuangan Syariah mengatur bagaimana nasabah dan bank sama-sama memperoleh keuntungan. Prinsip keuangan Syariah adalah sistem yang bebas dari bunga, karena menurut Islam, bunga adalah salah satu bentuk dari riba yang dilarang. Setidaknya ada empat hal yang dilarang oleh Islam dalam transaksi keuangan.
1.       Jual-beli barang-barang haram
2.       Bunga
3.       Perjudian atau spekulasi yang disengaja
4.       Ketidakjelasan atau manipulatif (Wikipedia)

Salah satu produk keuangan Syariah yang sekarang ini berkembang dengan pesat adalah bank Syariah yang mulai berdiri pada abad ke-20. Dan sekarang ini jumlahnya semakin banyak. Bank Syariah tumbuh meningkat 10-15% per tahun. Berdasarkan data dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK), jumlah bank yang hanya bergerak di bidang Syariah di Indonesia pada Agustus 2013 ada 11 bank, sedangkan bank konvensional yang memiliki Unit Usaha Syariah (UUS) mencapai 24 bank.

Bank-bank Syariah semakin menjamur karena sistemnya yang memberikan kenyamanan kepada nasabah. Berbeda dengan prinsip bank konvensional, pada bank Syariah terdapat akad antara nasabah dan pihak bank pada saat pembukaan rekening. Nasabah dijelaskan secara rinci bagaimana sistem Syariah yang diterapkan pihak bank. Nasabah dan pihak bank dapat saling tawar-menawar hingga diperoleh satu kesepakatan yang sah. Inilah yang saya sukai dari sistem syariah, dan kedepannya saya berharap semua bank mengikuti prinsip ini.

Begitu pula untuk nasabah yang melakukan investasi di bank Syariah. Antarkeduanya terdapat akad yang akan sama-sama menguntungkan. Prinsip pembagian keuntungan dilaksanakan menurut sistem bagi hasil, yang sebelumnya juga telah ditetapkan saat akad. Prinsip bagi hasil dapat berupa Al Musyarakah, yaitu keuntungan ditetapkan berdasarkan akad sebelumnya dan kerugian ditanggung berdasarkan kemampuan masing-masing pihak. Produk keuangan syariah inilah yang menurut saya paling ideal, karena antarkedua belah pihak tidak ada yang saling memakan dan dimakan saat mengalami kerugian. Justru antarkeduanya terjalin hubungan yang harmonis. Semua untuk bersama, untung-rugi ditanggung bersama. Atau dengan Al Mudharabah, yang hampir sama dengan Al Musyarakah, hanya saja kerugian ditanggung sepenuhnya oleh pihak bank kecuali jika kerugian diakibatkan oleh kesalahan-kesalahan mutlak dari nasabah. Prinsip yang satu ini menuntut keprofesionalan pihak bank. Bank yang menanggung kerugian. Nasabah sama sekali tidak dirugikan kecuali karena kesalahan sendiri. Prinsip lain adalah Al Muzara’ah, yaitu bank memberikan biaya kepada nasabah untuk modal usaha, dan keuntungannya didasarkan pada bagi hasil. Prinsip yang hampir serupa adalah Al Musaqah, yang khusus untuk bidang pertanian/peternakan, tetapi nasabah hanya bertanggung jawab atas pemeliharaan dan penyiraman, kemudian nasabah memperoleh upah sesuai hasil panen yang diperoleh.

Prinsip-prinsip keuangan Syariah ini menjawab kegelisahan para nasabah yang dirugikan oleh sistem bank konvensional. Hubungan antara nasabah dan pihak bank bukan kreditur-debitur, tetapi nasabah dijadikan sebagai mitra kerja bank, sehingga kerja sama antara kedua belah pihak lebih baik. Selain itu, secara teori bank Syariah tidak hanya berorientasi kepada keuntungan seperti bank konvensional, tetapi juga berorientasi pada akhirat, sehingga dana investasi dari nasabah hanya digunakan untuk hal-hal yang halal. Akan tetapi, mekanisme lalu-lintas keuangan syariah saat ini belum dilakukan secara terbuka. Nasabah syariah saat ini hanya dapat berlepas diri terhadap apa yang terjadi pada uang mereka, menurut penuturan teman saya. Ke depannya, saya berharap lalu-lintas dana syariah dapat lebih terbuka, sehingga dana nasabah benar-benar terjamin dari hal-hal yang mudharat. Jika ini terealisasi, prinsip-prinsip ini akan mengantarkan nasabah untuk berkata "Aku Cinta Keuangan Syariah" secara lebih sempurna.



Mari berbagi tulisan!
Komentar
0 Komentar

Komentari dengan Google

Artikel Terbaru

    Artikel Acak

    Download aplikasi Sinyal Pintar
    Mobile | Web
    Copyright © 2012-2015 SinyalPintar
    All right reserved
    Blog milik Ikhwanul Muslimin
    Kebumen-Bandung, Indonesia