Sobat, kalian tentu sering mendengar bahwa senyum adalah
ibadah. Tapi tahukah kalian? Bagaimana Islam menekankansenyum dalam hukumnya?
Prinsip senyum dalam kehidupan sehari-hari ternyata tidak terlepas dari aturan
Islam. Islam, sebagai agama yang tidak pernah membiarkan sesuatu berjalan tanpa
hukum, juga menganjurkan umatnya memelihara senyum dalam kehidupannya.
Rasulullah SAW bersabda, “Senyummu di depan saudaramu
adalah sedekah.” (HR. Tirmidzi)
Lalu siapakah saudara yang dimaksud di sini? Apakah hanya
saudara kandung? Apakah hanya Bapak, Ibu, adik, kakak, nenek, bibi? Bukan! Yang
dimaksud saudara di sini adalah seluruh umat muslim sedunia.
Rasulullah SAW bersabda, “Seorang muslim itu adalah
saudara muslim lainnya...” (HR. Muslim)
Kita harus meneliti relung hati kita jikalau kita tersenyum
dengan wajah jernih kita rasanya ikut terimbas bahagia. Kata-kata yang
disampaikan dengan senyuman yang tulus, rasanya lebih enak didengar daripada
dengan wajah bengis dan ketus. Senyuman menambah manisnya wajah walaupun
berkulit sangat gelap dan tua keriput. Yang
menjadi pertanyaan, apakah kita termasuk orang yang senang tersenyum
untuk orang lain? Mengapa kita berat untuk tersenyum, bahkan dengan orang yang
terdekat sekalipun? Padahal Rasulullah yang mulia tidaklah berjumpa dengan
orang lain kecuali dalam keadaan wajah yang jernih dan senyum yang tulus
“Sejak aku masuk Islam, Rasulullah saw tidak pernah
menghindar dariku. Dan beliau tidak melihatku kecuali beliau pasti tersenyum
kepadaku.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Senyum Untuk Kesehatan
Sesungguhnya perihal senyum dalam dunia kesehatan ada
beberapa manfaat bagi yang melakukannya. Pertama, tersenyum dapat
meningkatkan sistem kekebalan tubuh, karena pada saat tersenyum fungsi imun
meningkat yang membuat seseorang lebih rileks dan terhindar dari
penyakit-penyakit ringan misalnya flu dan pilek.
Kedua, senyum bisa meredakan stres. Senyum bisa
melepaskan endorfin, pengurang rasa nyeri dan serotonin. Hal ini membuat orang
merasa lebih baik tidak stres.
Ketiga, senyum bisa menurunkan tekanan darah.
Penelitian menunjukkan bahwa pengukuran darah diakukan ketika sedang tegang
dengan sedang tersenyum yang normal adalah ketika tersenyum.
Para pakar dari kalangan muslim maupun non muslim melihat
seuntai senyuman sangat besar pengaruhnya.
Dale Carnegie dalam bukunya yang terkenal, "Bagaimana
Anda Mendapatkan Teman dan Mempengaruhi Manusia" menceritakan:
"Wajah merupakan cermin yang tepat bagi perasaan hati
seseorang. Wajah yang ceria, penuh senyuman alami, senyum tulus adalah
sebaik-baik sarana memperoleh teman dan kerja sama dengan pihak lain. Senyum
lebih berharga dibanding sebuah pemberian yang dihadiahkan seorang pria. Dan
lebih menarik dari lipstik dan bedak yang menempel di wajah seorang wanita.
Senyum bukti cinta tulus dan persahabatan yang murni."
Ia melanjutkan, "Saya minta setiap mahasiswa saya untuk
tersenyum kepada orang tertentu sekali setiap pekannya. Salah seorang mahasiswa
datang bertemu dengan pedagang, ia berkata kepadanya, "Saya pilih
tersenyum kepada istriku, ia tidak tau sama sekali perihal ini. Hasilnya adalah
saya menemukan kebahagiaan baru yang sebelumnya tidak saya rasakan sepanjang
akhir tahun-tahun ini. Yang demikian menjadikan saya senang tersenyum setiap
kali bertemu dengan orang. Setiap orang membalas penghormatan kepada saya dan
bersegera melaksanakan khidmat -pelayanan- kepada saya. Karena itu saya
merasakan hidup lebih ceria dan lebih mudah."
Kegembiraan meluap ketika Carnegie menambahkan,
"Ingatlah, bahwa senyum tidak membutuhkan biaya sedikitpun, bahkan membawa
dampak yang luar biasa. Tidak akan menjadi miskin orang yang memberinya, justru
akan menambah kaya bagi orang yang mendapatkannya. Senyum juga tidak memerlukan
waktu yang bertele-tele, namun membekas kekal dalam ingatan sampai akhir hayat.
Tidak ada seorang fakir yang tidak memilikinya, dan tidak ada seorang kaya pun
yang tidak membutuhkannya."
Yuk, kita jadikan diri kita sebagai bukti keindahan Islam,
walau secara sederhana. Tentu alangkah indahnya wajah yang jernih, ceria,
senyum yang tulus dan ikhlas, membahagiakan siapapun. Betapa nyamannya suasana
saat salam hangat ditebar, saling mendo’akan, menyapa dengan ramah, lembut, dan
penuh perhatian.
Seorang bertanya kepada Nabi Saw, "Islam yang
bagaimana yang baik?" Nabi Saw menjawab, "Membagi makanan (kepada
fakir-miskin) dan memberi salam kepada yang dia kenal dan yang tidak
dikenalnya." (HR. Bukhari)
Yang muda mendahului memberi salam kepada yang tua, yang
lewat kepada yang duduk dan yang berjumlah sedikit kepada yang banyak. (HR.
Bukhari)
Alangkah agungnya pribadi kita, jika penampilan kita selalu
sopan dengan siapapun dan dalam kondisi bagaimana pun. Betapa nikmatnya
dipandang, jika pribadi kita santun, mau mendahulukan orang lain, rela mengalah
dan memberikan haknya, lapang dada, pemaaf yang tulus, dan ingin membalas keburukan
dengan kebaikan serta kemuliaan.