Internet sekarang ini bukan lagi barang mewah lagi, tetapi
sudah merupakan kebutuhan manusia. Hal ini menyebabkan semua orang ingin
mendapatkan layanan akses internet yang tinggi dan berkualitas baik. Tapi nyatanya,
di Indonesia kecepatan aksesnya sangat rendah, dan terbilang buruk, jika
dibandingkan dengan negara-negara lain. Bahkan, di Asia Tenggara, Indonesia
dengan jumlah pengguna internet terbanyak, memiliki kecepatan di bawah empat
negara, yaitu Singapura, Malaysia, Thailand, dan Filiphina. Padahal sebelumnya
Indonesia menempati peringkat pertama. Mengapa hal ini bisa terjadi?
Pengembangan jaringan telekomunikasi kanal lebar berbasis
kabel serat optik telah dicanangkan sejak 1996 melalui Program Nusantara 21.
Namun, program itu terhenti sebelum masuk abad ke-21.
Kebijakan yang tak konsisten ini menyebabkan Indonesia kini
tertinggal dalam layanan telekomunikasi di kawasan ASEAN serta masih menghadapi
masalah kesenjangan layanan informasi dan komunikasi.
Dalam jumpa pers awal pekan ini tentang rencana
penyelenggaraan ASEAN Chief Information Officer Forum II yang akan
diselenggarakan di Jakarta pada Juni mendatang, Setyanto mengatakan, dalam
penyediaan layanan telekomunikasi, Indonesia mengandalkan jaringan nirkabel,
yaitu sistem seluler dan satelit. Padahal, jenis prasarana telekomunikasi ini
lebih rendah dalam hal kualitas dan kecepatan penyampaian sinyal dibandingkan
sambungan kabel serat optik.
Jaringan telekomunikasi di Indonesia, ujar mantan Direktur
Utama PT Telkom Indonesia itu, 95 persen berupa telekomunikasi nirkabel dengan
kualitas sambungan buruk. ”Dengan sarana ini, komunikasi suara saja buruk,
apalagi data, gambar, dan video,” ujar Setyanto.
Seharusnya, menurut dia, Indonesia mengikuti tren
pengembangan telekomunikasi yang terjadi di dunia. Layanan telekomunikasi di
negara maju, 60 persen menggunakan kabel serat optik. Teknologi itu memiliki
beberapa kelebihan, antara lain bebas gangguan, berkecepatan tinggi, dan
berkapasitas tinggi.
Masalah layanan telekomunikasi ini akan menjadi salah satu
bahasan dalam forum tersebut. Selain itu, juga akan dibicarakan tentang
penerapan satu sistem operasi (platform) yang akan dipakai di kawasan ASEAN.
Dalam hal ini akan dibahas kembali program ASEAN Go Open
Source, yang pernah dicanangkan beberapa tahun lalu, kata Kepala Pusat
Teknologi Informasi dan Komunikasi Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi
Hammam Riza.