Tulisan ini diperoleh dari hasil pembicaraan bersama Dr. Syarif Hidayat di acara ITB Spiritual Camp 2015.
Menantang diri by deseretdigital.com |
Hidup ini tidak selalu mudah. Hidup ini tidak selalu enak.
Terkadang, ujian-ujian menerpa tiada henti. Tugas dan beban menerpa silih
berganti. Dan tantangan mengetuk ketentraman, ia menunggu diambil. Orang-orang
yang berani mengambil tantangan inilah yang akan naik ke level lebih tinggi.
Orang-orang yang berani mengambil resikolah yang akan menemukan hal-hal baru.
Ibarat seseorang yang berani melewati jurang-jurang yang dalam, ibarat yang
berani menyeberangi sungai-sungai yang airnya mengalir dengan deras, ialah yang
akan menemukan tepian-tepian baru.
Manusia terlahir sebagai pengembara. Dan dalam perjalanannya
di dunia, ujian adalah keniscayaan, bahwa ia akan terus menerpanya. Dua hal
yang menentukan sanggup tidaknya menghadapi ujian itu adalah, yang pertama
komitmen, dan yang kedua kompetensi. Tanpa keduanya, pengembara-pengembara ini
akan terjatuh. Ia akan terjungkal ke jurang yang tajam. Ia akan terbawa
derasnya arus sungai yang sangat deras itu.
Banyak contoh orang-orang terdahulu yang berani menantang
zamannya, berani menantang kemampuan dirinya. Mereka keluar dari zona nyaman,
untuk menemukan tepian-tepian baru kehidupan. Sebutlah Ir. Soekarno, ia berani
menantang dirinya, menggabungkan kata “Indonesia” dan “Merdeka” menjadi satu
frasa “Indonesia Merdeka” yang kala itu belum pernah terbesit di hati-hati rakyat
Indonesia. Mengapa Soekarno berani menantang hal baru? Semua karena ia membaca,
membaca ide-ide yang ada dalam benaknya meski itu terkesan mustahil, ia juga
membaca semangat yang besar dari dalam dirinya dan orang-orang di sekitarnya,
serta ia membaca berbagai persoalan masyarakat. Soekarno berani mengambil
resiko, dan inilah yang membuatnya dikenal di hati-hati seluruh masyarakat
Indonesia hingga saat ini.
Soekarno masih contoh kecil dibanding seseorang yang hidup
empat belas abad silam, Nabi Muhammad SAW. Rasulullah berani keluar dari zona
nyamannya. Seandainya beliau mau,
orang-orang kafir pada zamannya bersedia mengumpulkan harta mereka untuk
menjadikan Nabi Muhammad sebagai orang paling kaya, asalkan ia mau berhenti
mendakwahkan Islam. Akan tetapi tidak, Rasul lebih memilih meninggalkan itu
semua untuk menjalankan perintah Allah. Ia berani keluar dari zona nyamannya.
Resiko yang ditanggung lebih besar ketimbang Soekarno. Bahkan dari gelar Al
Amin yang diperolehnya, menjadi orang yang terusir dari negerinya sendiri. Dan
inilah yang menyebabkan beliau berhasil membawa manusia dari jalan yang gelap
ke dunia yang terang benderang.
Lebih lama dari itu, Ibrahim a.s. lebih berani lagi
menantang zamannya. Ia dibakar hidup-hidup (dan Alhamdulillah diselamatkan
Allah) karena menantang umat-umat pada zamannya yang menyembah berhala. Bahkan
Ibrahim berani menantang ayahnya sendiri yang merupakan seorang pembuat patung.
Lebih dari itu, Ibrahim adalah sosok panutan. Ia tidak pernah puas dengan apa
yang telah diperolehnya, dan selalu berusaha mencari solusi yang lebih baik dan
lebih baik lagi. Kisahnya dalam pencarian Tuhan dan pemurnian tauhid, juga
ketabahannya ketika harus mengorbankan Ismail, adalah kisah yang dapat dijadikan
pelajaran, hingga ia diberikan gelar Al Khalil (kekasih Allah).
Adam a.s. lebih gila dari Soekarno, Muhammad, dan Ibrahim.
Allah menugaskannya sebagai khalifah di bumi, padahal sebelumnya Adam ada di
zona yang sangat nyaman, syurga. Adam berani menantang dirinya, bertaubat
kepada Allah setelah melakukan dosa, ya, dosa pertama manusia. Inilah yang
membedakan iblis dan manusia. Iblis tidak bertaubat ketika ia bersalah,
sedangkan manusia mau bertaubat menyucikan dirinya. Jadi, ketika kita bersalah,
kemudian tidak bertaubat, sebenarnya apakah isi hati kita?
Allah melebihkan manusia atas para malaikat. Dan inilah
alasan mengapa Allah menugaskan manusia sebagai khalifah, wakil Allah di bumi.
Manusia memiliki kelebihan akal dan pengetahuan. Pada dasarnya, seluruh manusia
telah diajarkan semua ilmu dan benda yang ada di dunia ini. Akan tetapi,
pengetahuan ini akan dibuka jika manusia mau bersungguh-sungguh. Karena
pengetahuannya ini, manusia bisa mengatur objek-objek di dunia, manusia bisa
meramaikan dunia.
Alasan yang lebih penting mengapa manusia dijadikan khalifah
adalah karena manusia ditiupkan ruh Allah. Jadi pada dasarnya, ada sifat-sifat
Allah berupa ruh pada diri manusia. Dan ruh-ruh ini berifat exist, itulah sebabnya manusia suka
menampilkan diri, ingin diakui, ingin dihargai. Manusia berupaya sedemikian
rupa agar namanya tercatat dalam catatan sejarah. Dan orang-orang yang mampu
melakukannya adalah yang mau menantang dirinya. Seperti dalam bahasan di atas,
yaitu orang-orang yang mau keluar dari zona nyamannya.
Perlu sikap kyk gtu u/ era globalisasi saat ini...
ReplyDeleteSetuju. Indonesia perlu orang-orang seperti ini. Mari mulai dari diri sendiri.
DeleteMemotivasi bgt gan
ReplyDelete