Sunday, 10 May 2015

Para Pejuang SBMPTN 2015, Ada Salam dari Para Lulusan SBMPTN ITB 2014

Pengumuman SNMPTN telah berlalu, dan kini semua sudah mengetahui hasilnya. Bagi yang belum lolos, harus kembali belajar untuk berjuang di SBMPTN. Patah semangat bukan pilihan. Terus maju adalah keharusan. Setidaknya itulah yang dibuat oleh orang-orang berikut, para pejuang SBMPTN 2014. Berikut ini adalah kisah perjuangan mereka menanggapi tantangan SBMPTN demi meraih cita-citanya. Silakan simak, semoga memotivasi.

Ilustrasi by tribunnews.com



M. Diva Pasha, STEI ITB 2014
“Awalnya aku juga agak terpukul karena nggak diterima SNMPTN, waktu itu aku daftar FK UI. Tapi saat itu aku sadar mungkin bukan jalanku di kedokteran. Aku lihat-lihat lagi masa SMP SMA-ku senangnya ke mana. Akhirnya aku putuskan aku mau masuk teknik. Aku pilih STEI ITB. Di situ aku mulai semangat lagi. Aku udah persiapan SBMPTN dari abis UN, dan waktu itu setelah pengumuman SNMPTN ada waktu tersisa dua mingguan. Makin gencar aku latihan soal, bisa sampai 150 soal sehari, hehe. Selain SBMPTN aku juga ambil SIMAK UI. Intinya aku mau coba semua sampai udah pengumuman dan diterima. Alhamdulillah akhirnya dapat STEI ITB dan Elektro UI di SIMAK. Aku ambil STEI ITB. Tapi di situ aku sadar kalau segala yang kita dapat itu pada dasarnya rencana Allah buat kita. Kalau aku diterima undangan aku nggak  tau jadinya gimana, karena sekarang aku malah bener-bener nyaman di  teknik.”
Di akhir salamnya, katanya, “Jalani semua yang ada di depan, karena rencana Allah buat kita pasti indah.”

Deni Sutisna Putra, FTI ITB 2014
“Kalau Deni sih dulu nggak ngarep di undangan. Dua bulan sebelum SBMPTN belajar habis-habisan, daripagi sampai malam belajar terus dan latihan banyak soal. Ratusan sampai ribuan soal kali dilahap selama proses menuju SBMPTN. Persiapan aslinya sih dari kelas 1 (X, red). Hingga akhirnya tiba SBMPTN udah siap, dengan percaya diri insya allah diterima di FTI ITB. Motivasi terbesar tentunya keluarga. Deni termasuk dari keluarga yang kurang, itu jadi motivasi terbesar. Ingin mewujudkan impian selama ini.”

Agung Cahyo Samsu, FTTM ITB 2014
“Aku masuk SMA dengan susah payah. Aku peringkat 20 terbawah sepertinya sewaktu masuk SMA. Pas penjurusan, pengin masuk IPA tapi mafiki (matematika, fisika, kimia)-nya jelek. Masuk IPA dengan susah payah. Akhirnya semester tiga aku ranking 20-an dari 24 dan semester empat ranking 23 dari 24. Masuk kelas XII dengan kondisi seperti itu dan pengin FK UGM. Kalau aku sadar diri harusnya ganti pilihan yang lebih rendah, yang lebih gampang. Tapi aku tetep kekeuh sama tujuan awal. Aku nggak  mau mimpiku sia-sia, hanya jadi lamunan. Aku lepas SNMPTN. Pasrah sejarah-pasrahnya. Whatever hasilnya nggak keterima biarin. Aku belajar SBMPTN awal kelas XII. Yang lain belajar UN aku belajar SBMPTN. Soal-soal di buku yang aku beli aku libas. Ada tutorial tambahan aku ikut. Seharian ngambis (kegiatan belajar intensif, red) sengambis-ngambisnya. Sambil minta sama Allah. Ngelaksanain ibadah sunah. Puasa Dawud beberapa minggu. Qiyaamul-lail. Minta doa restu. Perbanyak kebaikan. Dan benar, Allah nggak bakal menyia-nyiakan hambanya yang mau berusaha. Aku diterima di FTTM ITB.”

M. Nandradi Toyib, STEI ITB 2014
“Ketika pengumuman SNMPTN mengatakan aku tidak diterima, aku merasa kecewa. Tetapi, kemudian aku becermin, terus merasa kalau ini mungkin balasannya kalau aku takabur. Jadi, kemudian, semangat di SBMPTN. Masih ada pintu lain. STEI ITB harga mati. Jadi usahanya harus ditingkatkan. Jadi ya sudah, belajar banget SBMPTN. Nggak ada jalan lain ke ITB selain SBMPTN dan SNMPTN, dan SNMPTN sudah merah.”

Bervianto Leo Pratama, STEI ITB 2014
“Setelah pengumuman itu aku dempet turun semangat. Tetapi ada satu hal, orang tua aku mau aku bisa kuliah. Jadi aku mulai membulatkan tekad untuk bisa lolos SBMPTN. Selama satu bulan sebelum SBMPTN, aku berusaha belajar, mulai latihan soal, intinya jangan menyerah dan tetap enjoy. Walaupun aku dari daerah yang mungkin jarang yang orang lain tau. Tapi aku percaya aku bisa, percaya sama diri sendiri bahwa kita bisa. Yang paling memberikan tekad aku terutama dari orang tua yang selalu mengharapkan yang terbaik untuk anaknya. Selain itu, jangan tinggalkan ibadah dan doanya.”


Mohammad Ilham, FITB 2014
“Hmm, rasanya nggak keterima SNMPTN di saat 120 teman SMA yang lain diterima itu, nyesek banget. Padahal saya udah daftar undangan cuma milih satu, FITB ITB, jalur peminatan lagi. Katanya jalur peminatan lebih mudah lolos, tapi kenyataannya sama aja, malah lebih susah. Yaudahlah ya memang bukan rezekinya SNMPTN, tapi SBMPTN. Nah, buat persiapan SBMPTN, saya cuma punya waktu dua minggu, sebelum pengumuman nggak belajar sama sekali. Jadi terpaksa harus ngebut, tapi walaupun ngebut saya nggak maksain diri juga, sih, kalau capek atau bosan berhenti. Daripada belajar “nggak sehat” ntar hari H SBMPTN malah sakit dan perjuangan jadi sia-sia. Alhamdulillah dengan belajar dua minggu, motivasi kuliah di ITB yang tinggi, dan tentunya doa dan tawakal, saya diterima di fakultas yang menolak saya di SNMPTN, FITB ITB. Nah, buat kamu pejuang SBMPTN 2015, semangat belajar dan berdoanya ditingkatkan, kamu punya waktu lebih banyak daripada saya dulu. Jadi kesempatan kamu lolos lebih besar. Ayo yang mau masuk FITB saya tunggu, hehe.
 
M. Diaztanto H., STEI ITB 2014
“Ikut SBMPTN tuh kamu bawa nama sendiri, nggak bawa nama siapa-siapa. Masuk (lolos, red) tenang, nggak masuk tenang. Jangan dibawa nyantai juga, tapi. Kamu mencari kedamaian, dan kedamaian tidak dapat diraih dengan mudah. Meski proses belajarnya tidak mudah, tetaplah tersenyum pada orang-orang sekitarmu. Kalau diterima, pasti tau deh rasanya. True peace awaits.”


Azka Hanif I., STEI ITB 2014
“Aku milih FTMD ITB dulu pas SNMPTN. Pas pengumuman ternyata aku nggak lolos, dan ­temen-temen yang daftar ke PTN dengan pasang grade yang lebih kecil pada lolos semua. Sakit? Iya sakit banget. Akhirnya aku belajar habis-habisan buat SBMPTN. Menurutku, kita dalam kondisi jatuh itu ibarat panah yang lagi ditarik busurnya sudah siap buat dibidik panahnya, jadi pas waktu jatuh siap-siap saja buat ‘dilepas’. Semua orang pasti jatuh, nggak terkecuali. Jadi tetap berjuan sampai bisa ngedapetin apa yang diinginkan.”
 

Mereka sudah menunjukkan bahwa SNMPTN bukan akhir dari segalanya. Dan SBMPTN dapat dilalui dengan kerja keras disertai doa. Jadi, apa alasanmu untuk menyerah? Tetap semangat!



Mari berbagi tulisan!

Artikel Terkait

Komentar
0 Komentar

Bookmark Sinyal Pintar

Copy-Pastekan kode ini untuk bookmark Sinyal Pintar di blog/website-mu.
Teks

Banner